Penulis: pilihmainanedukatif

Memahami Karakteristik Anak Usia Dini

psikosomatik-rahatsızlık-e1352342098866

PERILAKU anak usia dini memang tidak bisa ditolak lagi terkadang sangat sulit untuk di mengerti dan dipahami. Hal yang demikian itu seringkali membuat orang tua terutama ibu merasa kesal dan salah kaprah dalam menangani perilaku anak. Padahal, seyogyanya orang tua terutama ibu dapat memahami karakteristik anak agar dapat menanggapinya dengan cara yang tepat sehingga tidak memberikan dampak negatif pada psikologi anak.

Untuk itu, berikut ini ada beberapa karakteristik umum yang dimiliki oleh anak usia dini:

  • Unik. Tentunya, karakter yang dimiliki oleh anak berbeda-beda dan mempunyai ciri khas masing-masing yang meliputi bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang.
  • Egosentris. Anak itu memiliki keegoan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan sikap anak yang cenderung memahami dan memperhatikan suatu hal hanya dari sudut pandang kepentingan sendiri saja.
  • Aktif dan energik. Anak usia dini lazimnya senang sekali melakukan berbagai aktifitas. Si kecil seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah merasa bosan, dan tidak pernah berhenti beraktifitas kecuali saat ia tidur.
  • Rasa ingin tahu yang kuat. Anak umumnya selalu memiliki rasa inging tahu yang tinggi dan antusias terhadap banyak hal terutama terhadap hal-hal yang baru. Pada saat anak sedang ingin mengetahui tentang suatu hal, dia akan selalu menanyakan hal tersebut dan selalu mengaitkan pembicaraannya dengan hal tersebut.
  • Eksploratif dan berjiwa petualang. Dengan diiringi rasa ingin tahu yang kuat, anak lazimnya senang sekali menjelajah, bermain kesana kemari, membongkar pasang mainan yang baru dibelinya, mencoret-coret dinding, dan sebagainya.
  • Spontan. Perilaku dan sikap yang dicerminkan anak itu pada umumnya adalah sikap asli mereka tanpa di rekayasa. Sehingga, sering kita jumpai anak-anak berbicara ceplas-ceplos dan merefleksikan apapun yang ada dalam hati dan pikiran mereka.
  • Senang dan kaya dengan fantasi. Si kecil biasanya suka terhadap hal-hal yang imajinatif seperti contohnya cerita dongeng. Mereka tidak hanya senang mendengarkan orang lain bercerita, tetapi mereka juga senang bercerita kepada orang lain.
  • Mudah frustasi. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya atau membuat dia merasa tidak puas, maka dia akan kecewa dan meluapkannya dengan menangis atau marah-marah.
  • Kurang pertimbangan. Dalam melakukan suatu hal, anak tidak akan mempertimbangkan apakah sesuatu itu berbahaya atau tidak bagi dirinya maupun bagi orang lain. Misalnya saat bermain dengan benda-benda tajam, mereka cenderung tidak mau mendengarkan perataan orangtuanya kalau benda yang dimainkannya itu berbahaya.
  • Daya perhatian yang pendek. Anak umumnya tidak akan mampu duduk berlama-lama untuk memperhatikan sesuatu apalagi yang bersifat membosankan. Tapi sebaliknya, anak akan senang memperhatikan hal-hal yang menarik dan menyenangkan.
  • Semangat belajar yang tinggi. Pada saat mereka mempelajari suatu hal, mereka akan bergairah untuk terus menekuninya dan mereka senang pula melakukan berbagai aktifitas yang membuat perubahan baru dalam dirinya. Misalkan, mereka jadi bisa mewarnai dan bernyanyi. Maka mereka akan melakukan hal tersebut berulang-ulang karena merasakan ada perubahan dalam dirinya dari tidak bisa menjadi bisa.
  • Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Anak-anak yang sudah mulai bersosialisasi dengan teman sebayanya cenderung mulai memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya. Misalnya dengan meminjamkan mainan atau membagi makanan yang ia punya.

Dengan memahami karakteristik-karakteristik umum yang dimiliki oleh anak, tentunya ibu dan ayah tidak akan salah lagi menanggapi si kecil yang semula cenderung sulit dipahami dan serba salah dalam menanganinya. Orang tua jangan terlalu banyak melarang dan mengekang anak untuk berekspresi karena dengan merusak atau mengotori sesuatu, maka disitulah kecerdasan mereka mulai berkembang. Jika orang tua terlalu sering mencegah bahkan memarahi, maka kecerdasan si kecil akan terhambat.

sumber:

http://www.islampos.com/memahami-karakteristik-anak-usia-dini-99457/

Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Psikologi Anak

25-TIPS-CARA-MENDIDIK-ANAK-BAGI-ORANG-TUA

TAHAP KETERLIBATAN ORANGTUA

Jelas bahwa keterlibatan orangtua adalah penting. Tahap keterlibatan mereka bisa dibagi dalam tiga tahap:

1. Keterlibatan langsung dan interaksi dengan anak.

2. Menyediakan peluang-peluang bagi pengalaman berbeda.

3. Bekerjasama dengan orang/pihak lain sebagai partner.

Pada setiap tahap, adalah penting bagi orangtua menerirna tanpa syarat anaknya, mengadakan stimulasi dan memahami perkembangan dan perangai anaknya.

Keterlibatan Orangtua Langsung Dan Interaksi Dengan Anak

Orangtua harus melibatkan diri secara langsung agar perkembangan psikologi yang positif dapat dihasilkan. Mereka harus menyediakan fisilitas dasar; peka akan penerimaan tanpa syarat dan menerapkan stimulasi dan pada waktu yang sama mengevaluasi tahap perkembangan dan perangai anak-anak.

Keterlibatan secara langsung ini tidak dapat kita amati pada kebanyakan orangtua di Asia. Mereka biasanya menyembunyikan perasaan mereka dan ini menyebabkan suatu jurang yang dalam dari segi hubungan orangtua dan anak mereka. Kaum lelaki dianggap sebagai daya penggerak keluarga dan beliau biasanya lebih memberi arahan daripada berinteraksi dengan anaknya. Beliau lebih suka menegur daripada bersikap mesra, dengan anaknya.

Anak-anak biasanya kurang diberi perhatian. Ayah, mereka jarang menanyakan atau perhatian tentang pelajaran sekolah. Adalah dianggap mencukupi, anaknya mendapatkan pendidikan, berhasil atau tidak adalah menjadi soal kedua.

Keterlibatan orangtua secara dangkal ini sepatutnya dihindarkan. Mereka harus melibatkan diri secara langsung untuk membantu perkembangan psikolog yang positif.

Orangtua harus menyentuh, menepuk bahu, memeluk anaknya selalu. Mereka juga mesti memberitahu perasaan mereka terhadap anaknya dan juga pada waktu yang sama mendengar dan berinteraksi dengan anaknya. Orangtua juga mesti siap bila anak-anaknya memerlukan mereka. Tugas orangtua penting dalam menyediakan keperluan dasar yaitu makanan, tetapi ini tidaklah cukup. Komunikasi adalah amat penting antara orangtua dan anak dan ini seharusnya berkelanjutan.

Anak-anak memerlukan garis panduan dalam bertingkahlaku melalui peraturan yang mudah yang disediakan oleh orangtuanya. Konflik. tekanan serta masalah tingkahlaku terjadi bila orangtua membuat target lebih ataupun kurang terhadap kemampuan anaknya. Untuk mengatasi ini, Orangtua harus memahami kemampuan seseorang anak berdasarkan umurnya. Bila seseorang anak didenda, dia harus diberi pengertian oleh orangtuanya bahwa yang ditolak adalah tingkahlaku dan bukan dirinya.

Berkurang atau menurunnya kasih sayang dari orangtua yang dapat diamati anak-anak melalui tindak tanduk orangtua merupakan suatu pengalaman yang dahsyat bagi anakanak dan seharusnya dihindarkan.

Orangtua harus mengetahui akan pentingnya stimulasi dalam hubungan langsung dan pengaruh/hasilnya terhadap interaksi yang diterapkan. Stimulasi melibatkan pelbagai pancaindera yaitu penglihatan, bau, pendengaran, sentuhan dan rasa. Masing-masing ada secara terpisah dan juga dapat diamati dalam kombinasi yang berbeda.

Stimulasi dapat diterapkan sejak kelahiran, contohnya, dalam proses perawatan pada bayi dan lain-lainnya. Ini juga dapat digabungkan dalam rutinitas harian yaitu waktu mandi; makan; mencud pakaian dan melakukan pekerjaan rumah. Orangtua harus berbicara dengan mereka dan ini akan meningkatkan lagi pemikiran dan kemahiran menyelesaikan masalah. Selanjutnya, ikatan yang lebih rapat dapat terjalin antara orangtua dan anakanak.

Dalam memperkenalkan pelbagai stimulasi, langkah yang harus diambil adalah orangtua harus memastikan bahwa tugas yang diberikan pada anak semestinya berdasarkan kemampuan anak tersebut pada jenjang umur yang sesuai. Orangtua harus memperkenalkan stimulasi secara teliti. Bagi anak yang tidak bermasalah langsung, stimulasi yang banyak tidak digalakkan. Banyak usaha serta waktu yang harus diperuntukkan bagi anak-anak yang lambat (slow-to warm- up). Sebaliknya, stimulasi harus dikurangi pula sekiranya anak tersebut diserang histeria.

Orangtua harus peka kepada kehendak anaknya. Sekiranya anak itu tidak gembira dengan kerja yang diberikan maka kerja tersebut harus dihentikan. Sekiranya aktiviti yang dijalankan adalah membosankan, maka seharusnya ditukar atau diusahakan menjadi lebih menarik.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh orangtua dalam menyediakan stimulasi untuk perkembangan anaknya.

  • Pertama, kelemahan yang ada di pihak orangtua yang tradisional. Mereka bermain dengan anak mereka hanya ketika mereka bayi saja. Mereka merasa kurang senang bermain dengan anak mereka dalam tahap anak-anak. Orangtua harus meninggalkan tradisi ini dan mulai bermain dengan anak-anak mereka yang bukan bayi lagi.
  • Kedua, ibu dianggap sebagai pemberi kasih sayang yang utama walaupun didapati bahwa banyak ibu mulai bekerja saat ini. Keterlibatan ayah dengan anak-anak mereka juga tidak begitu besar. Misalnya anak lelaki menganggap ayahnya sebagai model dan sebaliknya bagi anak perempuan. Selanjutnya hubungan anak tersebut dengan model sajalah yang rapat. Ini harus dikurangi, interaksi antara kedua orangtua dengan anak-anak lebih digalakkan.
  • Ketiga, efek dari kedua orangtua yang pergi kerja menyebabkan mereka tidak punya waktu penjagaan yang berkualitas untuk dihabiskan dengan anak-anak. Waktu luang yang begitu singkat dihabiskan untuk mengutamakan keperluan keluarga. Waktu emas ini harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyediakan peluang-peluang stimulasi dan bukannya melemahkan kembali interaksi, misalnya pertengkaran suami isteri yang saling menyalahkan satu sama lain dalam menjalankan tanggungjawab sebagai ibu dan bapak.

Keterlibatan Orangtua Dalam Menyediakan Peluang-Peluang Untuk Pengalamanpengalaman

Baru.

Orangtua harus menyediakan peluang-peluang untuk pengalaman-pengalaman yang baru dan lain sebagainya. Mereka harus memperkenalkan pada anaknya alat-alat permainan yang pelbagai jenis dan bentuk, mendorong anaknya bermain dengan anak-anak lain, membawa anaknya ke tempat-tempat yang menarik, memperkenalkan mereka kepada alam sekeliling, musik dan seni dan terhadap pelbagai pengalaman yang lain.

Pengalaman yang diperoleh dari teman sebaya penting karena itu akan menyebabkan perkembangan yang lebih seimbang. Oleh karenanya harus mendorong anaknya untuk berkawan. Dengan adanya teman sebaya, anak-anak mempelajari kemahiran perjuangan sosial yaitu bagaimana mendapatkan apa yang diperlukannya dengan melalui harus bertengkar, bilang “tolong”, memberitahu gurunya ataupun melakukan pertukaran, bagaimana hendak berinteraksi dengan yang lain dan mendapatkan kawan dengan melalui sikap mengalah, bersikap ramah dan menjemput ke rumah teman, bagaimana menambahkan kekuasaan dirinya dengan melalui menambahkan teman dan mendukung anak-anak lain dan terakhir bagaimana hendak bekerjasama dalam suatu kelompok dengan melalui kerjasama, menunggu giliran, mendengar dan berbincang. Masalah konflik perseorangan yang terjadi memerlukan kemahiran menyelesaikan masalah yang seterusnya membawa kepada kecakapan sosial.

Jelas kepada kita akan pentingnya teman sebaya dan lebih lanjut, orangtua harus menggalakkan anaknya untuk mempunyai teman karena ini dapat menyediakan peluang-peluang untuk pengalaman yang baru. Orangtua mesti memainkan peranan dalam penyediaan ini misalnya mewujudkan situasi agar anaknya bersama-sama anak-anak lain sewaktu ada di taman permainan, bertemu saudara yang dekat, tetangga serta temanteman agar pengalaman dari teman sebaya bisa diperoleh.

Mereka harus bermain dalam suasana harmonis dengan berinteraksi dengan sebaiknya dan dapat menerima suasana yang ‘multiracial’ (berbagai suku bangsa) dan ‘multicultural’ (berbagai budaya). Waktu berhubungan dengan teman sebaya, orangtua seharusnya menghindarkan campurtangan mereka sebanyak mungkin. Bila timbul masalah barulah orangtua boleh memberi dorongan, sokongan dan sedikit bantuan untuk mengatasi masalah perhubungan ini.

Orangtua Bekerjasam Dengan Orang Lain (Care Agents)

Orangtua harus melibatkan diri dan bekerjasama dengan pihak-pihak (orang) lain dalam penjagaan anak-anak. Kerjasama diperlukan di antara dua pihak ini untuk memberikan suatu ikatan yang sehat. la harus membentuk individu penyayang. Kedua pihak harus peka terhadap perubahan luar biasa pada tingkahlaku anak-anak yang tidak diinginkan oleh pihak penjaga.

Sebagai partner kerjasama orangtua mesti memastikan pihak penjaga (orang lain) ini mempunyai kakitangan/bawahan yang mahir dan dapat mencurahkan kasih sayang.

Suatu program harus dibentuk dan harus seimbang dalam membentuk perkembangan psikologi yang positif. Program ini harus disusun dengan usaha kedua pihak yang terkait.

Orangtua harus peka dengan menghadirkan diri dalam diskusi berkenaan isu perkembangan anak-anak. Mereka juga harus melaporkan tingkahlaku anaknya di rumah kepada pihak lain atau agen penjagaan.

Hubungan yang kukuh antara rumah dan agen ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antara masalah dari rumah dengan pihak lain yang terkait atau sekolah.

Hubungan ini akan mengukuhkan lagi proses pembelajaran dan memastikan bahwa upaya ini berkelanjutan dan konsisten dalam hidup anak-anak. Sekiranya orangtua tidak melibatkan diri, anak mereka akan hidup dalam dua dunia yang, asing dan tidak berhubungan antara satu sama lain.

DUKUNGAN BAGI ORANGTUA

Beberapa faktor mempengaruhi orangtua dan hal ini hanya berpengaruh terhadap hubungan dengan anak-anak mereka. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ekonmi, konflik rumahtangga, tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan, kekurangan pengetahuan tentang perkembangan khusus kanak- kanak dan kemahiran dalam berperan sebagai orangtua. Kesemua faktor ini dapat berinteraksi antara satu sama lain dan kadangkala menghalangi orangtua untuk melaksanakan keterlibatan pada tahap yang berbeda.

Orangtua mungkin memerlukan dukungan untuk bertindak sebagai orangtua, sebagai suami dan isteri dan sebagai individu. Orangtua tidak akan begitu mengutamakan aspek-aspek halus keorangtuaan sekiranya mereka mempunyai hal-hal untuk memenuhi keperluan dasar dan juga mungkin mereka mengalami tekanan dalam menyelesaikan pekerjaan kantor dan pekerjaan rumah. Orangtua memerlukan rangkaian sokongan secara informal dari saudara dan teman-teman dan lingkungan sosial yang formal.

Suatu dukungan dalam pendidikan 􀂴berperan sebagai orangtua􀂵 yang khusus perlu bagi mendidik orangtua. Melalui pendidikan ini, ia dapat mengenal secara pasti bahwa orangtua umumnya mempunyai kekuatan dan kepandaian tertentu dalam lingkup ‘berperan sebagai orangtua’ tetapi mereka mungkin memerlukan pengetahuan tambahan dan juga ketrampilan-ketrampilan baru untuk meningkatkan perawatan anak-anak.

Orangtua juga harus tegas dalam menjalankan tugas mereka, bekerjasama terhadap kejadian yang dilalui dengan orangtua yang lain. Mereka juga harus belajar dari orangtua yang lain.

Sumber:

http://ganesyawidya.wordpress.com/2011/01/04/peran-orang-tua-dalam-perkembangan-psikologis-anak/

CIRI ANAK TERLAMBAT BICARA

Apakah Anda khawatir si kecil mengalami keterlambatan bahasa dan bicara ? 
Tanyakan pada diri Anda sendiri beberapa hal di bawah ini

  • Apakah dia mulai menggunakan kata tunggal sebelum 14 bulan?
  • Apakah dia bisa mengombinasikan dua kata ketika usianya hampir 2 tahun dan tidak meniru suara yang dia dengar?
  • Apakah dia terlihat mengerti apa yang Anda katakan?
  • Apakah kosa katanya bertambah dengan stabil?
  • Apakah dia menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi?
  • Apakah dia sudah mencapai tahap perkembangan lainnya, seperti berjalan?
  • Jika jawaban dari semua pertanyaan di atas adalah yaberarti dia hanya agak lama sedikit dari lainnya.

Bila kebanyakan jawabannya adalah tidak, konsultasikan pada dokter anak atau ahli terapi bicara.
Cek beberapa cara sederhana berikut untuk merangsang si kecil berbicara.

Perhatikan tangannya

Anak-anak usia batita lebih bisa mengerti kata-kata dibanding ketika mereka sendiri mengucapkannya. Untuk usia sekitar setahun menggunakan bahasa tubuh bisa membantu. Saat si kecil melambai pada Anda tanggapi dengan “da-dah!” atau ketika ia menunjuk sesuatu, tanyakan  “kamu mau cangkirnya?” Bisa juga Anda mengajak bermain dengan bahasa tubuh, seperti Pat –a-cake, atau membuat gerakan dengan tangan saat Anda menyanyikan “Balonku” untuk membantunya menghubungkan kata-kata dengan aksi.
Bicarakan dengan benar

Orangtua sering kali melakukan kesalahan dengan terburu-buru membalik halaman buku karena mereka lelah dan mencoba menidurkan anak. Daipada seperti itu, sebaiknya bacakan si kecil buku sepanjang hari ketika Anda tidak sedang terburu-buru. Ceritakan apa yang sedang dilihat pada halaman buku, “Nak, coba lihat anak lelaki ini. Dia kelihatan senang atau sedih?” Bahkan menanyakan suara binatang di dalam buku tersebut akan melatih kemampuan bicaranya.

Penggabungan kata

Pada usia sekitar 18 bulan, batita mulai menggunakan paduan dua kata untuk berkomunikasi. Biasanya mereka akan menyatukan aksi ditambah dengan obyek tertentu seperti ‘minum jus’, atau ‘baca buku’. Ajari si kecil menyatukan kata-kata dengan menambahkan satu atau dua kata misalnya jika dia mengatakan “bola”, Anda bisa menambahkan “bola besar” atau “lempar bolanya”.

Ubah Nada Suara

Batita akan mulai menambahkan perubahan nada pada suara mereka untuk bertanya, misalnya ‘keluar’. Mereka juga akan belajar bahwa Anda berbicara lebih pelan ketika berada di dalam rumah dan bicara lebih keras ketika di luar rumah. Bermainlah dengan suara-suara lucu, misalnya suara raungan beruang yang keras atau suara tikus mecicit. Jika si kecil bisa meniru dan berlatih berbagai macam jenis dan nada suara yang berbeda.

Bermain Kata

Beberapa mainan berikut akan membantu si kecil mengekspresikan dirinya.

  • Boneka tangan. Bermain pura-pura atau mengarang suatu situasi dengan boneka tangan berawarna-warni akan merangsang percakapan interaktif antara Anda dan si kecil.
  • Telepon mainan. Si kecil pasti kurang sering melihat Anda mengobrol di telepon. Biarkan dia melakukan juga dengan memberikannya telepon mainan, lalu teleponlah dia.
  • Mainan balok. Penemuan terbaru menemukan bahwa bermain dengan mainan balok akan meningkatkan kemampuan bahasa. Tunjukkan pada si kecil huruf, angka, dan obyek yang beragam
  • Begitu si kecil sudah bisa mencoret-coret di atas kertas, berikan komentar terhadap apa yang Anda lihat dan tanyakan padanya apa yang digambarnya

Sumber:

http://mainankayu.com/29/artikel-terbaru/Sep2014/ciri-anak-terlambat-bicara-.html#.VAOwVvl_uSo

Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Psikologis Anak

PENTlNGNYA PERKEMBANGAN PSIKOLOGI PADA ANAK-ANAK

Perkembangan psikologi yang positif penting dalam perkembangan psikologi anak-anak. Perkembangan psikologi yang baik dapat diamati dalam pemikiran mental yang sehat, pengukuhan egoisme, harga diri yang tinggi, kepekaan terhadap kebebasan dalam mengadaptasikan diri dengan lingkungannya.

Perkembangan psikologi yang kurang baik dapat diamati pada harga diri yang rendah dan juga pada kemunculan pelbagai masalah tingkahlaklu dan mental. Pentingnya perkembangan psikologi ini jelas karena mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keberhasilan, hubungan sosial dan kesejahteraan seseorang individu pada masa depannya.

Orangtua adalah pemberi kasih sayang yang mendasar. Orangtua mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan psikologi anaknya. Orangtua yang mengabaikan dan juga yang memukul anaknya akan menghalangi perkembangan psikologi yang sehat.

Orangtua pada waktu yang sama sekiranya diberi pengetahuan yang mencukupi yang terdiri dari ketrampilan-ketrampilan dan dukungan, akan dapat menjalankan tugas mereka dengan baik. Ini adalah karena pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan dengan optimal untuk lebih memusatkan lagi perkembangan psikologi anaknya.

HAL-HAL YANG MENDUKUNG PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK-ANAK

Penerimaan Tanpa Syarat

Seorang anak harus diterima tanpa syarat oleh orang dewasa dalam hidupnya. Anak tersebut juga harus memahami bahwa dia diterima tanpa syarat apa-apa. Menurut Michael Rutter (1978), orangtua mungkin menerima anaknya bukan perangainya. Penerimaan tanpa syarat harus ditunjukkan sepenuhnya dalam tingkahlaku orangtua serta sikap terhadap anaknya. Orangtua harus menjaga, mencurahkan kasih sayang dan senantiasa siap untuk melayani anaknya terutama bila diperlukan. Dengan kata lain orangtua mesti bertindak dengan cepat dan wajar dan sensitif dalam melayani anaknya karena ia harus menerimanya tanpa syarat.

Stimulasi

Anak-anak yang telah melalui pelbagai program, memperlihatkan peningkatan dalam jumlah nilai IQ dan juga dalam bidang-bidang lain yang berkaitan. Kajian Brofenbrener (1980) terhadap pelbagai program pengkajian intervensi, memperlihatkan bahwa hasil positif akan berkelanjutan seandainya orangtua melibatkan diri dalam program- program tersebut.

Stimulasi bisa diterapkan kepada anak-anak melalui pelbagai cara yaitu melalui audio; visual; kinetik yang melibatkan pergerakan anak-anak (pergerakan bahagian depan, tepi dan belakang badan), pelbagai aktivitas (main ayunan, berada dalam ayunan berputar, melompat, dan sebagainya) dan keterlibatan langsung yang termasuk sentuhan, merasai dan membau.

 

MEMAHAMI PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DAN SIFAT BAWAAN (PERANGAI)

Suatu pemahaman terhadap perkembangan anak-anak bisa menjangkau jauh dalam membentuk seorang anak yang sehat dari segi psikologi. Orangtua kadangkala mempunyai pengetahuan yang dangkal bagaimana anak-anak sebenamya belajar dan berkembang.

Kekurangan pemahaman terhadap pembawaan anak-anak ini mungkin akan membawa kepada konflik antara orangtua dan anaknya dan juga permasalahan yang akhirnya mempengaruhi hubungan mereka.

Hanya apabila orangtua memahami perangai anak-anak ini barulah orangtua tidak akan menyalahtafsirkan suatu tingkahlaku anak-anak yang bermasalah sebagai bertindak liar dan nakal. Ini mungkin akan membangkitkan kemarahan orangtua lalu mereka akan menerapkan tindakan disiplin keras yang sebenarnya tidak perlu. Sebaiknya memang suatu strategi yang berbeda dan sesuai dapat diambil untuk menggalakkan kerjasama dan mengelakkan konflik.

Sumber:

http://ganesyawidya.wordpress.com/2011/01/04/peran-orang-tua-dalam-perkembangan-psikologis-anak

KARAKTERISTIK ANAK USIA DINI

Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik perhatian orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua terhibur karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati. Ada yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah dasar.

Lalu apa sih anak usia dini itu? Dan bagaimana pula karakteristiknya?
Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.

Untuk karakteristik anak usia dini bisa dilihat d bawah ini :

1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.

2. Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia dini.

3. Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008).
Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.

4. Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

5. Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.

6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini.

7. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajr untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

Selain karakteristik yang unik tersebut perlu ada perhatian pada titik kritis perkembangan yang perlu diperhatikan pada anak usia dini. Titik kritis tersebut meliputi :
1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik.
2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.
3. Membutuhkan latihan dan rutinitas.
4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban.
5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
6. Membutuhkan pengalaman langsung.
7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar.
8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.

Sebagai pendidik usia dini dan juga sebagai orang tua kita perlu mengetahui karakteristik anak sehingga kita bisa mendukung perkembangan mereka secara optimal.

sumber:

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=179909915453261&id=155065184604401

Apa Saja Penyebab DOWN SYNDROME??

DEFINISI
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik.

PENYEBAB
Penyebabnya adalah ekstra tiruan pada kromosom ke 21.

GEJALA
Anak-anak yang menderita sindroma Down memiliki penampilan yang khas:

–          Pada saat lahir, ototnya kendur

–          Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil

–          Bagian belakang kepalanya mendatar

–          Lesi pada iris mata yang disebut bintik Brushfield

–          Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal

–          Hidungnya datar, lidahnya menonjol dan matanya sipit ke atas

–          Pada sudut mata sebelah dalam terdapat lipatan kulit yang berbentuk bundar (lipatan epikantus)

–          Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya memiliki 1 garis tangan pada telapak tangannya

–          Jari kelingking hanya terdiri dari 2 buku dan melengkung ke dalam

–          Telinganya kecil dan terletak lebih rendah

–          Diantara jari kaki pertama dan kedua terdapat celah yang cukup lebar

–          Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)

Keterbelakangan mental.
Pada bayi yang menderita sindroma Down sering ditemukan kelainan jantung bawaan. Kematian dini seringkali terjadi akibat kelainan jantung. Kelainan saluran pencernaan, seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum (penyumbatan usus 12 jari), juga sering ditemukan. Mereka juga memiliki resiko tinggi menderita leukemia limfositik akut.

DIAGNOSA
Diagnosis sindroma Down dapat ditegakkan ketika bayi masih berada dalam kandungan dan tes penyaringan biasanya dilakukan pada wanita hamil yang berusia di atas 35 tahun. Kadar alfa-fetoprotein yang rendah di dalam darah ibu menunjukkan resiko tinggi terjadinya sindroma Down pada janin yang dikandungnya. Dengan pemeriksaan USG bisa diketahui adanya kelainan fisik pada janin.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan bantuan stetoskop akan terdengar murmur (bunyi jantung tambahan).

Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

  • Analisa kromosom (pada 94% kasus menunjukkan adanya 3 tiruan dari kromosom ke 21)
  • Rontgen dada (untuk menunjukkan adanya kelainan jantung)
  • Ekokardiogram
  • EKG
  • Rontgen saluran pencernaan.

 

PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus untuk sindroma Down. Pendidikan dan pelatihan khusus bisa dilakukan di sekolah luar biasa. Kelainan jantung tertentu mungkin harus diperbaiki melalui pembedahan. Gangguan pendengaran dan penglihatan diatasi sebagaimana mestinya.

PROGNOSIS
Anak-anak dengan sindroma Down memiliki resiko tinggi untuk menderita kelainan jantung dan leukemia. Jika terdapat kedua penyakit tersebut, maka angka harapan hidupnya berkurang; jika kedua penyakit tersebut tidak ditemukan, maka anak bisa bertahan sampai dewasa.

Beberapa penderita sindroma Down mengalami hal-hal berikut:

–          Gangguan tiroid

–          Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa

–          Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea

–          Pada usia 30 tahun menderita demensia (berupa hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan perubahan kepribadian).

–          Bisa terjadi kematian dini, meskipun banyak juga penderita yang berumur panjang.
PENCEGAHAN
Pada keluarga yang memiliki riwayat sindroma Down dianjurkan untuk menjalani konsultasi genetik. Sindroma Down bisa diketahui pada kehamilan awal dengan melakukan pemeriksaan kromosom terhadap cairan ketuban atau vili korion.

Resiko terjadinya sindroma Down ditemukan pada:
– Keluarga yang pernah memiliki anak yang menderita sindroma Down
– Ibu hamil yang berusia diatas 40 tahun.

Sumber: http://mainankayu.com/34/artikel-terbaru/Sep2014/apa-saja-penyebab-down-syndrome–.html#.VAOtkvl_uSo

Manfaat Pelukan Orangtua Bagi Perkembangan Psikologis Anak

momnbaby

pelukan orang tuaPada dasarnya orang tua mengetahui akan pentingnya hubungan dan kedekatan antara anak-anak dengan mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa, pada dasarnya sebagian besar orang tua menyatakan bahwa menghabiskan waktu dan demi kedekatan dengan anak bisa menjadi hal yang lebih penting di banding hal lainnya. Pada intinya bahwa antara orang tua dan anak saling membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang satu samai lainnya, dan hal itu tidak dapat dipungkiri adanya. Banyak orang tua dan anak merasakan bila rasa cinta dan kasih sayang tidak di dapat dari satu sama lainnya, maka keharmonisan keluarga serasa tidak lengkap.

 

Namun dilain sisi, banyak hubungan antara orang tua dan anak menjadi terbengkalai, dan hal ini memicu ketidak harmonisan dalam keluarga, bahkan akan menjadi sesuatu yang tidak baik bagi perkembangan psikologis anak. Banyak hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi, salah satunya adalah karena tuntutan ekonomi dan pekerjaan lah yang membuat orang tua kehilangan waktu untuk dapat bersama dengan anak. Kadang dikarenakan kesibukan, orang tua harus pergi pagi-pagi secara terburu-buru karena pekerjaannya dan pulang ke rumah tatkala anak-anak sudah tertidur. Jika kondisi memang demikian, salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua untuk dapat mendekatkan hubungan dengan anak meski memiliki waktu sedikit adalah dengan cara memeluk anak.

 

Pelukan orang tua kepada anak dapat menimbulkan ikatan batin dan kasih sayang yang kuat antara anak dan orang tua. Mendapat pelukan berarti mendapat dukungan, dan bagi yang memeluknya berarti akan menimbulkan rasa percaya diri. Kehadiran hormon endomorfin yang muncul saat berpelukan dapat mengurangi ketegangan saraf dan serta tekanan darah. Bahkan penelitian di university of Itali menunjukkan data, bahwa anak yang sering mendapat pelukan dari orang tuanya akan lebih efektif sembuh dari depresi, dan akan timbul rasa percaya dirinya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Bahkan pelukan saat inisiasi dini, sesaat bayi terlahir ke dunia, akan mentransfer sejenis mikroorganisme yang membuat daya tahan tubuh bayi akan semakin kuat. Dan ketika pelukan dengan rasa sayang ini di teruskan hingga masa kanak-kanak dapat menjadikan pribadi anak yang tidak gampang stress (Penelitian Journal of Epidemiology and Community Health). Jangan percaya pada mitos yang mengatakan bahwa anak yang sering mendapat pelukan akan menjadi cengeng, bahkan sebaliknya, secara psikologi, anak yang sering mendapat belaian, sentuhan dan pelukan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang penyayang, pertumbuhannya sehat, akan merasa nyaman dan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

 

Peluklah anak anda sebelum anda berangkat kerja, toh memeluk anak tidak akan membutuhkan waktu yang begitu banyak. Peluklah yang tulus, jangan tergesa-gesa, curahkan segala rasa sayang dan cinta anda saat  anda memeluk anak anda. Saat anda pulang kerja, meskipun anak sudah tertidur pulas, peluklah dia meskipun sedang tidur. Sesekali sisakan waktu untuk tidur bersamanya dan memeluknya. Meskipun berada di alam bawah sadar, pelukan orang tua saat tidur tetap dapat memerkuat bonding antara orang tua dan anak, karena saat mereka tidur, anak-anak masih berada dalam gelombang alpha, dimana masih bisa untuk menerima rangsangan dan getaran dari perasaan cinta dan kasih sayang orang tuanya.

Sumber : http://bidanku.com/manfaat-pelukan-orangtua-bagi-perkembangan-psikologis-anak

Motivasi Belajar untuk Anak-Anak

Mendidik-Anak-Balita

Dalam membicarakan macam-macam motivasi belajar, disini hanya akan dibahas dari dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang biasa disebut ”motivasi ekstrinsik”.

a) Motivasi Intrinsik

Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.

Contohnya : siswa yang belajar, karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan yang lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait dengan aktivitas belajarnya.

b) Motivasi Ekstrinsik

Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.

Misalnya, seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi, seseorang rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya. Jadi, tujuan belajar bukan untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, pujian ataupun hadiah dari orang lain. Ia belajar karena takut hukuman dari guru atau orang tua. Waktu belajar yang tidak jelas dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi contoh bahwa seseorang belajar karena adanya motivasi ekstrinsik.

sumber: https://id-id.facebook.com/pages/PSIKOLOGI-PERKEMBANGAN-ANAK/217659071599071

Otak Kiri vs Otak Kanan Balita

sayang-anak

“Ayo sayang, berikan mainan itu pada Nadya, kamu harus bergantian. Lihat, ia sudah mulai menangis. Kasihan, kan?” kata Laura, mama dari Larisa (1,5).

Itu memang kalimat yang bagus, Ma. Tapi, efektifkah bagi anak? Nyatanya, usai mengatakan hal itu dan hendak mengambil mainan tersebut dari tangan Larisa, bukannya menyerahkan dengan sukarela tangis Larisa justru membahana. Waduh!

Permintaan Anda sebetulnya tidak berlebihan, Ma. Tapi, otak batita Anda memang belum cukup matang untuk memahami penjelasan Anda. Pada saat yang sama ia juga belum mampu mengontrol letupan emosi yang sangat kuat. Tak heran kalau ia justru menangis keras ketika Anda memintanya untuk meminjamkan mainan pada temannya.

Sayangnya, orang tua sering tidak menyadari hal itu. Mereka tetap berusaha memberi pengertian panjang lebar pada anak dengan harapan agar anak bisa mengerti. Menurut Thomas Phelan, psikolog dan penulis 1-2-3 Magic, itu karena orang tua seringkali menganggap anak sebagai orang dewasa mini.

Mereka bicara pada anak seolah pada orang dewasa saja sehingga kalimat-kalimat menenangkan yang dipakai, meski tampak logis, hanya cocok digunakan untuk orang dewasa. Bisa dimengerti kalau hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Hal ini sebetulnya erat kaitannya dengan perkembangan otak kiri dan otak kanan anak. Meski sangat mirip, kedua belahan otak itu bertanggung jawab terhadap hal yang sangat berbeda.

Otak kiri mengurusi hal-hal yang bersifat detil dan membutuhkan pemikiran, seperti berhitung dan memecahkan masalah. Sementara otak kanan mengurusi hal-hal yang bersifat spontan, impulsif, dan emosional.

Pada anak yang sudah besar dan orang dewasa, kedua belahan otak ini sudah lebih seimbang. Pada anak usia ini, otak kananlah yang jauh lebih dominan. Akibatnya, ia sering bersikap emosional dan pengaruh otak kiri yang memintanya untuk tetap tenang dengan mudah terabaikan. Apalagi kalau ada sesuatu yang menjadi pemicu seperti soal mainan pada Larisa.

Jadi? Tenangkan ia bukan dengan tambahan kata-kata lagi, Ma. Berikan ia pelukan, dan alihkan pada hal lain yang akan membuat perhatiannya tak lagi tertuju pada apa yang telah membuatnya menangis. Bila rasa ingin tahunya terusik sedikit saja, dengan cepat ia akan lupa, kok, pada apa yang telah membuatnya menangis.

Sumber:

http://www.parenting.co.id/article/balita/otak.kiri.vs.otak.kanan.balita/001/003/252

Pentingnya Memahami Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini

disiplin-anak-(ehow)-depan

Memahami psikologi perkembangan anak usia dini adalah sebuah keharusan baik bagi para orang tua maupun guru-guru. Masa anak usia dini merupakan masa penting dalam perkembangan anak itu sendiri. Pada masa emas tersebut anak mulai sensitif terhadap berbagai rangsangan. Setiap anak secara individual akan mempunyai tingkat perkembangan kepekaan yang berbeda-beda seiring perkembangan dan pertumbuhan masing-masing anak.

Mengenali Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan anak dan pertumbuhannya mempunyai keterkaitan karena perkembangan fisik dan motorik berhubungan dengan perkembangan psikisnya. Karena itu psikologi perkembangan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut secara menyeluruh.

Pada masa emas tersebut seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan pada tingkat yang drastis yang mencakup perkembangan berfikir, perkembangan motorik, perkembangan emosi, perkembangan sosial dan tentu saja perkembangan fisiknya. Masa ini terjadi pada usia 0 sampai 8 tahun dan pada periode berikutnya tidak akan terjadi lagi lonjakan perkembangan tersebut. Oleh karena itu setiap orang tua harus memberikan perhatian khusus pada usia penting dalam perkembangan seorang anak karena nantinya akan memberikan pengaruh pada perkembangan dan kehidupan anak di masa berikutnya.

Memahami Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini

Pemahaman akan hal tersebut akan sangat membantu orang tua dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara keseluruhan. Setiap anak pada usia dini akan mengalami perkembangan pada beberapa aspek penting dalam kehidupannya. Diantaranya sebagai berikut:

  1. Perkembangan Kognitif
    Perkembangan kemampuan kognitif anak terjadi dalam empat tahap yaitu tahap sensor motor yang terjadi saat usia anak 0-2 tahun. Pada tahap ini seorang anak mulai memiliki kemampuan gerakan refleks. Tahap kedua adalah pra-operasional yang terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahap pra-operasional ini anak akan mulai dapat menerima rangsangan namun sifatnya masih terbatas. Selanjutnya tahap konkret operasional yang terjadi pada usia 7-11 tahun dimana seorang anak sudah mulai dapat berfikir secara rasional dan mampu menjalankan operasional yang nyata. Tahap terakhir pada perkembangan kognitif adalah formal operasional dimana anak beranjak remaja. Pada tahap ini anak mampu berfikir dengan menggunakan hipotesa untuk memecahkan masalah.
  2. Perkembangan Fisik
    Perkembangan fisik anak pada usia dini berkaitan dengan perkembangan motoriknya yang dibagi dalam perkembangan motorik halus dan motorik kasar.
  3. Perkembangan Bahasa
    Ada tiga periode yang terjadi dalam perkembangan kemampuan bahasa seorang anak yaitu periode pre-lingual yang terjadi pada usia 0-1 tahun dimana anak sudah mulai mengoceh, periode lingual pada usia 1-2,5 tahun dimana anak sudah mampu membuat kalimat dan periode diferensiasi yang terjadi pada usia anak 2,5-5 tahun dimana seorang anal mempunyai kemapuan bahasa yang baik dan benar.
  4. Perkembangan Sosio-emosional
    Perkembangan kemampuan sosio-emosional anak sangat penting dalam psikologi perkembangan anak usia dini karena pada perkembangan ini akan terbentuk rasa percaya diri dan perkembangan kemandirian dalam dirinya.

semoga bermanfaat ya bunda 🙂

sumber:

http://artikelkesehatanwanita.com/pentingnya-memahami-psikologi-perkembangan-anak-usia-dini.html